Wednesday, December 28, 2011

Teori Energy Transformations Dan Dynamisms Harry Stack Sullivan

Energy transformations

Tension yang dirubah menjadi tindakan, apakah overt ataupun covert, disebut transformasi energi. Ini adalah istilah yang rancu yang mengacu pada perilaku kita yang diarahkan pada pemenuhan need dan mengurangi anxiety - dua tension utama. Tidak semua transformasi energi adalah tindakan yang jelas dan overt; banyak mengambil bentuk emosi, pikiran atau perilaku covert yang bisa disembunyikan dari orang lain.

Dynamisms

Transformasi energi menjadi terorganisir sebagai pola perilaku tipikal yang mengkarakteristikan seorang sepanjang hidupnya. Sullivan (1953b) menyebut perilaku ini sebagai dynamism, sebuah istilah yang berarti sama dengan sifat atau pola kebiasaan. Dynamism memiliki dua kelas utama: pertama, yang berhubungan dengan zona spesifik dalam tubuh, termasuk mulut, anus, dan alat kelamin; dan kedua, yang berhubungan dengan tension. Kelas kedua ini terdiri dari tiga kategori - Disjunctive, Isolating, Conjunctive. Dinamisme disjungtif mencakup pola perilaku yang destruktif yang berhubungan dengan konsep malevolence; Dynamisme isolating mencakup pola perilaku (seperti nafsu) yang tidak berhubungan dengan relasi interpersonal; dan dinamisme konjunctive mencakup pola perilaku yag menguntungkan, seperti keintiman dan self-system.

a) Malevolence

Malevolence adalah dinamisme disjunktif tentang kejahatan dan kebencian, yang dikarakterisasikan oleh perasaan dari hidup diantara musuh seseorang. (Sullivan, 1953b). Malevolence berawal pada umur 2 atau 3 tahun ketika tindakan anak yang pada walanya membawa tenderness maternal dihilangkan, dihiraukan atau mendapat respon anxiety dan sakit. Ketika orang tua berupaya untuk mengendalikan perilaku anak mereka dengan memberikan rasa sakit fisik atau perkataaan yang menghentikan perilaku tersebut, beberapa anak akan belajar untuk menahan ekspresi akan kebutuhan tendernes dan melindungi diri dengan mangadopsi perilaku malevolent. Orang tua dan rekan sebaya kemudian menemukan bahwa akan lebih sulit untuk bereaksi dengan tenderness, yang akhirnya mensolidifikasi perilaku negatif si anak terhadap dunia.

Perilaku malevolent sering kali mengambil bentuk minder, mencari masalah, kekejaman atau perilaku asosial atau antisosial lainnya. Sullivan mengekspresikan perilaku malevolent dengan pernyataan ini: "Pada suatu waktu semuanya indah, tapi itu sebelum aku harus berurusan dengan orang lain." (p. 216)

b) Intimacy


Intimacy tumbuh dari kebutuhan untuk tenderness tapi lebih spesifik dan melibatkan hubuntan interpersonal yang dekat antara dua orang yang lebih atau kurang memiliki status yang sama. intimasi tidak boleh dibingungkan dengan ketertarikan seksual. Bahkan intimacy berkembang sebelum pubertas, secara ideal pada masa preadolescence ketika intimacy biasanya ada antara dua anak, yang masing-masing saling memandang satu sama lain dengan nilai yang sama. Karena intimacy adalah dinamisme yang membutuhkan partnership yang seimbang, intimacy tidak biasanya eksis dalam relasi orang tua-anak kecuali keduanya sama-sama dewasa dan memandang satu sama lain sebagai individu yang sebanding.

Intimacy adalah dinamisme yang mengintegrasikan yang biasanya menarik keluar reaksi saling mengasihi dari pihak yang lain, sehingga mengurangi anxiety dan kesepian, dua pengalaman yang sangat menyakitkan. Karena intimacy membantu menghindari anxiety dan kesepian, intimacy adalah pengalaman yang rewarding yang diinginkan oleh kebanyakan orang yang sehat. (Sullivan, 1953b).

c) Lust

Di pihak lain, lust adalah tendensi yang mengisolasi, tidak membutuhkan orang lain untuk memuaskan lust. Lust memanifestasikan diri sebagai perilaku autoerotik bahkan ketika orang lain menjadi objek lust seseorang. Lust adalah dinamisme yang sangat kuat pada masa adolescence, dimana pada masa itu, lust sering mengarah pada pengurangan rasa percaya-diri. Upaya akan aktivitas yang bernafsu sering ditolak oleh orang lain, yang meningkatkan anxiety dan mengurangi perasaan harga diri. Bahkan, lust sering kali menghindari relasi intim, terutama ketika masa adolescence awal ketika lust sering kali disalah artikan dengan ketertarikan seksual.

d) Self-System

Yang paling kompleks dan inklusif dari semua dinamisme adalah self-system, sebuah pola perilaku yang konsisten yang mempertahankan keamanan interpersonal seseorang dengan melindungi mereka dari anxiety. Seperti intimacy, self-system adalah dinamisme yang konjungtif yang timbul dari situasi interpersonal. Tapi, hal tersebut berkembang lebih awal dari intimasi, pada sekitar umur 12 hingga 18 bulan. Semasa anak mengembangkan intelejen dan foresight, mereka menjadi bisa mempelajari perilaku mana yang berhubungan dengan peningkatan atau penuruan anxiety. Kemampuan untuk mendeteksi peningkatan atau penurunan anxiety ini menyediakan self-system dengan sebuah alat peringatan.

Peringatan ini, namun, adalah buah simalakama. Di satu pihak, peringatan ini berlaku sebagai sinyal, yang memperingati seseorang terhadap tingkat anxiety yang meningkat dan memberikan kesempatan pada mereka untuk melindungi diri. Di pihak lain, keinginan untuk perlindungan terhadap anxiety membuat self-system bebal terhadap perubahan dan menghalangi orang dari menarik keuntungan dari pengalaman yang memenuhi diri mereka dengan anxiety. Karena tugas utama self-system adalah untuk melindungi orang terhadap anxiety, hal ini adalah "batu sandungan utama terhadap perubahan yang menguntungkan dalam kepribadian" (Sullivan, 1953b, p.169). Namun, Sullivan (1964) percaya bahwa kepribadian tidaklah statik dan pada dasarnya terbuka terhadap perubahan pada awal berbagai tahap perkembangan.

Selama self-system berkembang, orang-orang mulai membentuk gambaran yang konsisten tentang diri mereka. Kemudian, pengalaman interpersonal apapun yang dianggap berlawanan terhadap self-regard mereka mengancam keamanan mereka. Sebagai akibatnya, orang berupaya untuk melindungi diri mereka dari tension antipersonal dengan cara security operations, yang bertujuan untuk mengurangi perasaan tidak aman atau anxiety yang muncul dari rasa percaya diri yang terancam. Orang-orang kadang menolak atau memanipulasi pengalaman interpersonal yang berlawanan dengan self-regard mereka. Contohnya, ketika orang-orang yang menganggap dirinya tinggi disebut inkompeten, mereka bisa memilih untuk menganggap orang yang menghina mereka adalah bodoh, atau, mungkin hanya bercanda. Sullivan (1953b) menyebut security operations sebagai "rem yang kuat akan kemajuan pribadi dan manusia." (p. 374)
Dua security operations yang penting adalah dissociation dan selective inattention.

Dissociation mencakup impuls, keinginan dan need yang oleh seseorang tidak diijinkan untuk muncul ke kesadaran mereka. Beberapa pengalaman pada masa bayi menjadi terdisosiasikan ketika perilaku seorang bayi tidak dihargai atau dihukum, maka pengalaman tersebut tidak menjadi bagian dari self-system. Pengalaman dewasa pun terlalu asing pada standar perilaku seseorang bisa menjadi terdisosiasikan. Pengalaman ini tidak berhenti eksis tapi terus mempengaruhi kepribadian pada tahap yang tidak sadar. Gambaran terdisosiasikan memanifestasikan diri dalam mimpi, angan-angan dan aktivitas tidak sengaja lainnya diluar kesadaran dan diarahkan pada mempertahankan keamanan interpersonal. (Sullivan, 1953b)

Pengendalian focal awareness, disebut selective inattention, adalah penolakan untuk melihat hal-hal yang tidak ingin kita lihat. Hal tersebut berbeda dari disosiasi dalam tingkatan dan asal muasalnya. Pengalaman yang tidak dihadiri secara selektif lebih aksesibel pada kesadaran dan lebih terbatas dalam cakupannya. Pengalaman tersebut berawal setelah kita mendirikan self-system dan dipacu oleh upaya kita untuk menghentikan pengalaman yang tidak konsisten dengan self-esteem kita yang ada. Contohnya, orang yang menganggap dirinya sebagai pengemudi yang sangat taat hukum mungkin "Lupa" bahwa mereka kadang melewati batas kecepatan atau pada saat tertentu mereka tidak berhenti secara total pada tanda stop. Seperti dissociated experience, selectively inattendet perceptions tetap aktif walaupun mereka tidak sadar secara penuh. Hal ini sangatlah penting dalam menentukan elemen mana dari sebuah pengalaman yang akan dihadiri dan yang mana akan dihiraukan atau ditolak (Sullivan, 1953b)


Daftar Pustaka
Mavis hetherington, E. Ross D. Parke. 1991. Child Psychology A cotemporary View Point. Boston : Mcgraw – Hill College.

Soemadi, S. Pengantar Psikologi Sosial 1. Jajasan Penerbit Fak. Psikologi, Yogyakarta, 1968.

www.wikipedia.com/sullivan . di akses pada : 26 November 2010.

www.edpsycinteractive.org/topics/intimacy/sullian.html . di akses pada : 26 November 2010.

No comments:

Post a Comment