JENIS OBSERVASI BERDASARKAN MASALAH APA YANG AKAN DIOBSERVASI BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAH LAKU YANG MANA YANG AKAN DIAMATI DAN DICATAT.
1. Observasi sampel peristiwa (even-sampling).
Hanya mengamati beberapa sampel tingkah laku psuatu saat tertentu. Semua perilaku baik dan buruk dicatat.
Contoh : observasi tingkah laku kerjasama atau agresi pada waktu anak sedang bermainn bersama dengan teman – temannya di rumah atau di sekolah.
2. Observasi sampel waktu (time sampling).
Mengamati dan mencatat apa saja yang dilakukan individu dalam waktu tertentu.
Contoh : perilaku anak sekolah saat 1 jam istirahat sekolah.
OBSERVASI DILIHAT DARI POSISI OBSERVER
1. Observasi non-partisipan.
Posisi observer sebagai penonton atau ada diluar objek yang diamati. Observer tidk ikut serta dalam kegiatan individu yang diobservasi. Observasi benar – benar berfungsi sebagai penonton, pengamat dan pencatat tingkah laku yang di observasi.
2. Observasi partisipan.
Observer turut serta dalam kegiatan individu yang diobservasi. Cara ini untuk memperoleh tingkah laku individu yang tidak dibuat – buat, wajar dan alami, tidak merasa sedang diawasi.
OBSERVASI SISTEMATIS
Observasi sistematik biasa disebut juga observasi berkerangka atau structured observation. Ciri pokok dari observasi ini adalah kerangka yang memuat faktor-faktor yang telah di atur kategorisasinya lebih dulu dan ciri-ciri khusus dari tiap-tiap faktor dalam kategori-kategori itu.
a. Materi Observasi Isi dan luas situasi yang akan diobservasi dalarn observasi sistematik umumnya lebih terbatas. Sebagai alat untuk penelitian desicriptif, peneliti berlandaskan pada perumusan-perumusan yang lebih khusus. Wilayah atau scope observasinya sendiri dibatasi dengan tegas sesuai dengan tujuan dan penelitian, bukan situasi kehidupan masyarakat seperti pada observasi partisipan yang umumnya digunakan dalam penelitian eksploratif.
Perumusan-perurnusan masalah yang hendak diselidikipun sudah dikhususkan, misalnya hubungan antara pengikut, kerjasama dan persaingan, prestasi be1aar, dan sebagainya. Dengan begitu kebebasan untuk memilih apa yang diselidiki sangat terbatas. Ini dijadikan ciri yang membedakan observasi sistematik dan observasi partisipan.
b. Cara-Cara Pencatatan Persoalan-persoalan yang telah dirumuskan secara teliti memungkinkan jawaban-jawaban, respons, atau reaksi yang dapat dicatat secara teliti pula. Ketelitian yang tinggi pada prosedur observasi inilah yang memberikan kemungkinan pada penyelidik untuk mengadakan “kuantifikasi” terhadap hasil-hasil penyelidikannya. Jenis-jenis gejala atau tingkah laku tertentu yang timbul dapat dihitung dan ditabulasikan. Ini nanti akan sangat memudahkan pekerjaan analisis hasil.
OBSERVASI EKSPERIMENTAL
a. Observasi dapat dilakukan dalam lingkup alamiah/natural ataupun dalam lingkup experimental. Dalam observasi alamiah observer rnengamati kejadian-kejadian, peristiwa-peristiwa dan perilaku-perilaku observe dalam lingkup natural, yaitu kejadian, peristiwa, atau perilaku murni tanpa adanya usaha untuk menguntrol.
Observasi eksperimental dipandang sebagai cara penyelidikan yang relatif murni, untuk menyeidiki pengaruh kondisi-kondisi tertentu terhadap tingkah laku manusia. Sebab faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkah laku observee telah dikontrol secermat-cermatnya, sehingga tinggal satu-dua faktor untuk diamati bagaimana pengaruhnya terhadap dimensi-dimensi tertentu terhadap tingkah laku.
Ciri-ciri penting dan observasi eksperimental adalah sebagai berikut :
• Observer dihadapkan pada situasi perangsang yang dibuat seseragam mungkin untuk semua observee.
• Situasi dibuat sedemikian rupa, untuk memungkinkan variasi timbulnya tingkah laku yang akan diamati oleh observee.
• Situasi dibuat sedemikian rupa, sehingga observee tidak tahu maksud yang sebenannya dan observasi.
• Observer, atau alat pencatat, membuat catatan-catatan dengan teliti mengenai cara-cara observee mengadakan aksi reaksi, bukan hanya jumlah aksi reaksi semata.
Referensi :
Drs. M. Ngalim Purwanto. M.P. 2008. Prinsip-prinsip evaluasi pengajaran.Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Fudyartanta, Ki. 2005. Pengatar psikodiagnostik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Basuki, Heru. 2006. Penelitian kualitatif untuk ilmu – ilmu kemanusian dan budaya. Jakarta : Penerbit Gunadarma.
No comments:
Post a Comment