SYARAT OBSERVASI MENJADI ALAT PENGUMPULAN DATA YANG ILMIAH
1. Diabdikan pada pola dan tujuan penelitian yang sudah ditetapkan.
2. Direncanakan dan dilaksanakan secara sistematis dan tidak secara kebetulan (accidental) saja.
3. Dicatat secara sistematis dan dikaitkan dengan proposisi – proposisi yang lebih umum dan tidak karena didorong oleh impuls dan rasa ingin tahu belaka.
4. Validitas, realibitas dan ketelitiannya di cek dan di control seperti pada data olmiah lainnya. (Kartono 1980 dalam Heru 2006)
CARA-CARA PENCATATAN
Persoalan-persoalan yang telah dirumuskan secara teliti memungkinkan jawaban-jawaban, respon, atau reaksi yang dapat dicatat secara teliti pula. Ketelitian yang tinggi pada prosedur observasi inilah yang memberikan kemungkinan pada penyelidik untuk mengadakan ‘kuantifikasi’ terhadap hasil-hasil penyelidikannya. Jenis-jenis gejala atau tingkah laku tertentu yang timbul dapat dihitung dan ditabulasikan. Ini akan sangat memudahkan pekerjaan analisa hasilnya nanti.
Berikut observasi jika dilihat dari cara pencatatannya dibagi menjadi dua yaitu :
a. Observasi dengan pencatatan langsung (immediate recording).
Pencatatan hal – hal penting langsung dilakukan saat sedang melakukan observasi, tetapi subjek yang diobservasi tidak sampai mengetahuinya.
b. Observasi pencatatan retrospektif (retrospective recording).
Pencatatan dilalukan setelah observasi selesai. Namun dapat menimbulkan faktor lupa pada observer tentang hal penting apa saja yang ingin dicatat.
Referensi :
Drs. M. Ngalim Purwanto. M.P. 2008. Prinsip-prinsip evaluasi pengajaran.Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Fudyartanta, Ki. 2005. Pengatar psikodiagnostik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Basuki, Heru. 2006. Penelitian kualitatif untuk ilmu – ilmu kemanusian dan budaya. Jakarta : Penerbit Gunadarma.
No comments:
Post a Comment