Pengenalan pola dan kemampuan mengenali objek adalah sebuah kemampuan kognitif yang pada umumnya kita laksanakan dengan mulus, cepat, dan tanpa banyak usaha. pengenalan pola (pattern recognition) sehari-hari melibatkan sebuah interaksi rumit antara sensasi, persepsi, memori, dan pencarian kognitif dengan tujuan pengenalan terhadap pola tersebut. Seberapapun rumitnya proses pengenalan suatu objek, sesungguhnya proses tersebut diselesaikan kurang dari sedetik (Solso, Maclin & Maclin, 2007).
Feature detection adalah kemampuan visual korteks yang terdapat pada indera penglihatan manusia untuk menerima atau mendeteksi suatu stimulus tertentu yang masuk melalui indra penglihatan kita. Dengan model feature detection, stimulus diterima, kemudian dicocokkan secara keseluruhan, yang terpecah menjadi feature componen, dimana fitur tersebut merupakan bagian dari stimulus tersebut. Inti dari penentuan fitur ini adalah setiap komponen bagian fitur yang berbeda berarti bukan merupakan dari stimulus awal yang diterima. Contohnya saja huruf “ A”, huruf “ A” memiliki bagian yang tegak lurus dan bagian yang horizontal. Berbeda halnya dengan huruf “B”, huruf “B” memiliki bagian tegak lurus, dan beberapa bagian lengkung. Apabila fitur yang diterima adalah garis lengkung maka dapat dikatakan ini bukan merupakan bagian dari stimulus “A” .
Feature detection yang paling dikenal disebut dengan Pandemonium, Pandemonium berasal dari kata Demons, Pandemonium merupakan salah satu sistem atau metode dalam rekognisi pola (pattern recognition) yang menggunakan analisis tampang (feature analysis). Sistem ini merupakan salah satu cara untuk menggambarkan bagaimana terjadinya proses rekognisi (pengenalan kembali) atas pola-pola yang diindera oleh manusia. Sistem ini mengimajinasikan adanya serangkaian hantu (demon) yang berperan menganalisis pola-pola yang diindera. Masing-masing demon memiliki tugas yg berbeda-beda.yang berperan dalam menganalisis pola-pola yang diterima oleh indera atau disebut juga mewakili pengolahan dari unit-unit stimulus yang diterima oleh indera. Demon tersebut akan bekerja pada saat proses recognition.
Contohnya: penerimaan stimulus “R” . Tahapan pertama, stimulus “R” diberikan. Kemudian oleh yang namanya Image demons, stimulus “R“ tersebut di terima dan dikenali keseluruhan bagian dari stimulus tersebut. Tahapan berikutnya adalah feature demons, bagian dari demons ini yang akan mencoba mengenali setiap bagian yang dimunculkan, misalnya bagian dari stimulus “R” tegak lurus, vertikal, siku-siku dan lain sebagainya.
Feature demons akan mengingat bagian tersebut. Selanjutnya oleh bagian yang namanya Cognitive demons, ia akan mengamati setiap respon dari feature demons, jadi apa bila pola dari yang datang menyerupai stimulus “R” misalnya pola yang muncul adalah “B” dan apabila pola tersebut memiliki kesamaan dengan stimulus “R” maka ia akan memberi isyarat. Kemudian oleh tahapan yang terakhir yang disebut dengan desicion demons akan mendengar isyarat yang diberikan oleh cognitive demons tersebut, sebagai huruf dengan pola yang sama dengan yang dikenali sebelumnya. Inilah yang merupakan tugas dari masing-masing tahapan demon dalam mendeteksi bagian stimulus tertentu yang masuk melalui indera.
DAFTAR PUSTAKA
Fiedenberg, F & Silverman, G. (2006). Cognitive Sains : An Introduction to the Study of Mind. United States of America: Hazelden.
Solso, L. R., Maclin, H. O. & Maclin M. K. (2007). Psikologi Kognitif Edisi Kedelapan. Penerbit Erlangga: Jakarta.
kk, buku Psikologi Kognitif nya halaman berapa ya yang membahas tentang feature detection atau pandemonium??
ReplyDeletepertanyaan saya sama dengan kakak taufiq ini di halaman berapa ya penjelasan tentang pengenalan pola pada daftar pustaka yang telah ada cantumkan tersebut. Terima kasih
ReplyDelete