Persepsi Tentang Sifat Manusia
Menurut Sigmund Freud, perilaku manusia itu ditentukan oleh kekuatan irrasional yang tidak disadari dari dorongan biologis dan dorongan naluri psikoseksual tertentu pada masa enam tahun pertama dalam kehidupannya. Pandangan ini menunjukkan bahwa aliran teori Freud tentang sifat manusia pada dasarnya adalah deterministik.
Freud dipengaruhi Filsafat Determinisme dan Positivisme abad 19. Determinsme adalah menganggap manusia tidak mampu mengontrol atau menghadapi tigkah lakunya sendiri. Positivisme adalah cara pandang dalam memahami dunia dengan berdasarkan pengetahuan dan fakta terutama dibidang fisika dan fisiologi.
Ajaran psikoanalisis menyatakan bahwa perilaku seseorang itu lebih rumit dari pada apa yang dibayangkan pada orang tersebut.
Disini, Freud memberikan indikasi bahwa tantangan terbesar yang dihadapi manusia adalah bagaimana mengendalikan dorongan agresif itu. Bagi Sigmund Freud, rasa resah dan cemas seseorang itu ada hubungannya dengan kenyataan bahwa mereka tahu umat manusia itu akan punah.
Struktur Kepribadian Yang Membentuk Manusia
Menurut Freud manusia memiliki model kepribadian yang saling berhubungan dan menimbulkan ketegangan. Yaitu Id, Ego dan Superego. Masing – masing memiliki ciri – ciri, prinsip kerja, fungsi dan sifat yang berbeda namun saling bekerja sama dalam mempengaruhi perilaku manusia.
1. Id (Das es)
Id dalam pandangan Freud adalah sifat asli manusia yang jahat dan serakah selalu ingin bersenang – senang dan selalu ingin dipuaskan.
Id merupakan sistem kepribadian yang asli dari dalam diri manusia, id tempat ego dan superego berkembang. Id adalah aspek biologis dan prinsip kesenangan atau kenikmatan (pleasure principle) pada diri manusia seperti; makan, minum, seks dll.
Jika kebutuhan Id tidak terpenuhi energi manusia tidak tersalurkan yang menimbulkan peningkatan ketegangan (tidak menyenangkan), sehingga Id berusaha mengurangi atau mereduksi tegangan.
Dua proses id untuk mereduksi tegangan yaitu tindakan reflek dan proses primer.
• Tindakan reflek adalah tindakan yang dilakukan secara otomatis, segera dan alami atau bawaan manusia dalam mereduksi tegangan biologis dan Id. Seperti berkedip, bersin, batuk.
• Proses primer adalah proses mengurangi ketegangan dengan membentuk bayangan atau khayalan tentang objek yang dapat menghilangkan tegangan. Contoh : orang yang lapar membayangkan makanan yang enak dan lezat. Pengalaman halusinatorik dimana objek yang diinginkan muncul dala gambaran ingatan atau disebut wish-fulfillment. Contohnya seorang pria menyukai seorang wanita namun ia tidak mendapatkan wanita tersebut maka ia selalu membayangkan memiliki wanita tersebut.
Jika tidak mampu mereduksi tegangan, sehingga proses sekunder berkembang (terbentuk ego).
2. EGO (DAS ICH)
Ego adalah aspek psikologis manusia menyangkut kognitif dan intelektual. Menurut Freud, Ego timbul karena kebutuhan manusia intuk berhubungan bik dengan dunia kenyataan prinsipnya adalah kenyataan (reality principle). Tujuan Ego adalah mencari objek yang tepat untuk mereduksi tegangan sesuai dengan kenyataan yang ada. Ego selalu berpikir realistik dan menyusun rencana serta melakukan pengujian rencana (reality testing).
Ego mengontrol cara yang ditempuh, memilih objek yang memenuhi kebutuhan, serta mengintegrasikan tuntutan Id, superego dan dunia luar.
3. SUPEREGO (DAS UEBER ICH)
Superego sebagai aspek sosiologis pada kepribadian manusia. Superego adalah wakil dari nilai – nilai tradisional dan cita – cita masyarakat yang diajarkan orangtua pada anak melalui perintah dan larangan.
Superego sebagai aspek moral manusia. selalu berusaha ideal dan sempurna dengan nilai moral yang ada di masyarakat dan memutuskan benar atau salah.
Superego berisi dua hal yaitu Conscience (suara hati) dan Ego Ideal
Fungsi superego:
• Merintangi impuls Id yang ditentang masyarakat.
• Mendorong ego menggantikan tujuan realitas menjadi moralitas.
• Mendorong kesempurnaan
Cara kerja masing-masing struktur dalam pembentukan kepribadian adalah:
1) apabila rasa id-nya menguasai sebahagian besar energi psikis itu, maka pribadinya akan bertindak primitif, implusif dan agresif dan ia akan mengubar impuls-impuls primitifnya.
2) apabila rasa ego-nya menguasai sebagian besar energi psikis itu, maka pribadinya bertindak dengan cara-cara yang realistik, logis, dan rasional, dan
3) apabila rasa super ego-nya menguasai sebagian besar energi psikis itu, maka pribadinya akan bertindak pada hal-hal yang bersifat moralitas, mengejar hal-hal yang sempurna yang kadang-kadang irrasional.
Daftar Pustaka
Suryabrata, Sumadi. (2008). Psikologi Kepribadian. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.
Basuki, A.M. Heru. (2008). Psikologi Umum. Jakarta : Penerbit Gunadarma.
No comments:
Post a Comment