Sunday, November 4, 2012

Prototype Matching

1. Pengertian Prototype Matching


Dilihat dari bahasa sebuah prototipe adalah tipe yang asli, bentuk, atau contoh dari sesuatu yang dipakai sebagai contoh yang khas, dasar, atau standar untuk hal-hal lain dari kategori yang sama. pen.co.cok.an [n] proses, cara, perbuatan mencocokkan. Jika disatukan berarti mencocokan bentuk dasar atau standar.

Pendekatan ini merupakan alternative dari template matching dan feature analysis. Pandangan ini beranggapan bahwa pembentukan prototype adalah lebih mungkin daripada membentuk template khusus atau sejumlah feature dari pola yang berbeda-beda, yang diaktifkan pada waktu merekognisi. Adanya prototype memungkinkan kita untuk mengenali suatu pola meskipun pola tersebut mungkin tidak identik dengan prototype dan hanya serupa (similar).

Diasumsikan bahwa, alih-alih membentuk template yang spesifik atau bahkan membentuk fitur-fitur berbagai ragam pola yang harus kita identifikasi, kita akan menyimpan sejumlah jenis pola-pola abstraksi dalam memori, dan abstraksi tersebut berperan sebagai suatu prototipe. Sebuah pola yang diindera selanjutnya akan dibandingkan dengan prototipe dalam memori, dan jika terdapat kesamaan antara keduanya, pola tersebut akan dikenali.

2. Proses Prototype matching


Beberapa jenis abstraksi disimpan didalam long term memory (LTM) dan abstraksi tersebut berperan sebagai bentuk dasar (prototype). Suatu pola yang diamati akan dicek dengan prototype yang ada, dan jika ditemukan keseuaian, pola tersebut akan dikenali.
Contoh : Kita dapat mengenali mobil VW meskipun memiliki bentuk dan warna yang berbeda dengan yang kita lihat.
Prototype bukan sekedar abstraksi terhadap satu set stimuli, tetapi juga merupakan contoh atau representasi yang terbaik dari suatu pola


3. Prototype Theory

a. -> Ada model ideal/abstrak/prototype dalam memory kita. Ketika kita melihat suatu objek -> membandingkan dengan prototype.
b. -> Tidak harus sama persis (menekankan pada bentuk dasar) -> memungkinkan modifikasi bentuk.
c. -> Orang membentuk prototype berdasarkan kesamaan, tidak identik.


4. Abstraksi Informasi Visual


Pencocokan template dapat terjadi pada satu tahap pengenalan/identifikasi visual, namun pada tahap yang lain, kita mungkin menggunakan pencocokan prototipe. Gagasan ini menyatakan bahwa suatu prototipe adalah sebuah abstraks dari suatu rangkaian stimuli yang mencakup sejumlah besar bentuk-bentuk serupa dari pola yang sama. Sebuah prototipe memungkinkan kita mengenali suatu pola sekalipun pola tersebut tidak identik dengan (artinya, hanya menyerupai) prototipe yang bersangkutan.

5. Pseudomemori

Dalam sebuah eksperimen mengenai pembentukan prototipe dengan menggunakan prosedur Franks dan Bransford, Solso dan McCarthy (1981b) menemukan bahwa para partisipan kerap melakukan suatu kekeliruan, yakni “mengenali” prototipe sebagai suatu bentuk stimulus yang pernah ditampilkan sebelumnya (padahal prototipe belum pernah ditampilkan); bahkan partisipan merasa lebih yakin dibandingkan saat mereka mengidentifikasi bentuk-bentuk yang memang sudah pernah mereka lihat sebelumnya. Fenomena ini disebut pseudomemori (pseudomemory) atau memori semu.


6. Teori-teori Pembentukan Prototipe

Dalam teori tendensi sentral (central-tendency theory), sebuah prototipe dikonseptualisasikan mewakili nilai rata-rata (mean) suatu set eksemplar.
Teori kedua, yang disebut teori frekuensi atribut (attribute-frequency theory), mengajukan gagasan bahwa sebuah prototipe mewakili mode atau kombinasi atribut-atribut yang paling sering dialami seseorang.



DAFTAR PUSTAKA


Solso, L. R., Maclin, H. O. & Maclin M. K. (2007). Psikologi Kognitif Edisi Kedelapan. Penerbit Erlangga: Jakarta.


No comments:

Post a Comment