Monday, August 13, 2018
Konsumtif
Konsumtif
Kata “ konsumtif “ ( sebagai kata sifat, lihat akhiran if ) sering diartikan sama dengan “ konsumerisme “. Sebenanya kata yang terakhir ini mengacu pada segala sesuatu yang berhubungan dengan konsumen. Sedangkan konsumtif lebih khusus menjelaskan keinginan untuk mengkonsumsi barang - barang yang kurang diperlukan secara berlebihan untuk mencapai kepuasan yang maksimal.
Dalam era globalisasi ini dan di tengah kondisi insibilitas ekonomi yang mengakibatkan terus melonjaknya harga komoditas bahan pokok saat ini, pengendalian diri sangatlah penting. Sedini mungkin hendaknya menghindari pola hidup konsumtif. Kebiasaan konsumtif ini biasanya didasari oleh faktor gengsi(banyak orang merasa tidak puas, iri, ingin mendapat sesuatu dengan cara yang mudah).
Perilaku konsumtif, biasanya kelompok usia remaja adalah salah satu pasar yang sangat potensial. Alasannya antara lain karena pola konsumsi seseorang terbentuk pada usia remaja. Di samping itu, remaja biasanya mudah terbujuk rayuan iklan, suka ikut – ikutan teman, tidak realistis dan cenderung boros dalam menggunakan uangnya. Sifat - sifat remaja inilah yang sering dimanfaatkan oleh sebagian produsen untuk memasuki pasar remaja.
Dikalangan remaja yang memiliki orang tua dengan kelas ekonomi yang cukup berada, terutama di kota - kota besar, mall sudah menjadi rumah kedua. Mereka ingin menunjukkan bahwa mereka juga dapat mengikuti mode yang beredar. Padahal mode itu sendiri selalu berubah sehingga membuat para remaja merasa tidak puas dengan apa yang dimilikinya. Contohnya saja dengan berbagai merk hp dan serinya sampai- sampai ada yang membuat tiruannya dengan harga yang fantastis murahnya. Alhasil, muncullah perilaku konsumtif.
Dari sejumlah penelitian, ada perbedaan dalam pola konsumtif antara pria dan wanita. Juga terdapat sifat yang berbeda antara pria dan wanita dalam perilaku membeli.
Perbedaan tersebut adalah:
a. Pria
• mudah terpengaruh bujukan penjual
• sering tertipu karena tidak sabar dalam memilih barang
• mempunyai perasaan kurang enak bila tidak membeli sesuatu setelah memasuki toko
• kurang menikmati kegiatan berbelanja sehingga sering terburu-buru mengambil suatu keputusan membeli.
b. Wanita
• lebih tertarik pada warna dan bentuk bukan pada hal yang teknis
• tidak mudah terbawa arus bujukan penjual
• menyenangi hal- hal yang romantis daripada obyektif
• cepat merasakan suasana toko
• senang melakukan kegiatan belanja walau hanya “window shopping" (melihat saja tetapi tidak membeli)
Remaja dalam perkembangan kognitif dan emosinya masih memandang bahwa atribut yang superficial itu sama penting ( bahkan lebih penting ) dengan substansi.Akan menjadi masalah ketika kecenderungan yang seharusnya wajar pada remaja ini dilakukan secara berlebihan.
Ada pepatah “Lebih besar pasak daripada tiang “, terkadang apa yang dituntut diluar kemampuan yang kita miliki. Perilaku konsumtif ini dapat terus mengakar dalam gaya hidup sekelompok remaja yang dalam perkembangannya mereka akan menjadi dewasa dengan gaya hidup konsumtif.
Daftar Pustaka
Dharmmesta, Basu Swastha. 1999. Saluran Pemasaran. BPFE : Yogyakarta.
Tjiptono, Fhandi. 2004. Pemasaran Jasa. Bayu Media : Malang.
eprints.undip.ac.id/.../POSMODERNISME_DAN_BUDAYA_KONSUMEN.doc ( diunduh pada 13 oktober 2011, pukul 22.00 wib)
http://www.indowarta.com/index.php?view=article&catid=102:opini&id=310:budaya-konsumerisme&option=com_content&Itemid=333 ( diunduh pada 11 oktober 2011, pukul 15.25 wib)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment