Wednesday, January 4, 2012
HASIL WAWANCARA BUDAYA SIFAT EGOISME PADA SUPIR ANGKUTAN UMUM
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemacetan di jalan raya saat ini semakin lama semakin parah. Kemacetan lalu lintas menyebabkan stress, kelelahan dan juga membuang waktu produktif masyarakat. Kemacetan bukan hanya saja disebabkan oleh padatnya pengguna jalan namun juga karena banyak faktor diantaranya ketidak kepatuhan pada rambu lalu lintas, masyarakat yang tidak tertib, sarana lalu lintas dan transportasi yang tidak memadai.
Selain itu angkutan perkotaan yang biasa kita sebut angkot sering menjadi kambing hitam penyebab kemacetan di jalan raya. Angkot dianggap sering melanggar peraturan lalu lintas dan membahayakan pengguna jalan lainnya yang menyebabkan kemacetan parah di jalan raya bahkan tindakan ugal – ugalan supir angkot sering menyebabkan kecelakaan.
Sifat supir angkot yang suka melanggar lalu lintas dianggap sebagai perilaku yang egoisme karena tidak mementingkan pengguna jalan lainnya hanya mementingkan faktor ekonomi diri sendiri serta bersifat sangat merugikan orang lain.
Sifat egoisme dianggap bertentangan dengan nilai - nilai kebudayaan bangsa Indonesia yang peduli dengan sesama, dan sangat merugikan jika dilihat dari aspek sosial masyarakat karena hanya memikirkan diri sendiri.
Dengan alasan diataslah kami melakukan wawancara dan observasi mengenai perilaku egoisme supir angkot dijalan untuk mengetahui apakah benar para supir angkot tidak mementingkan kepentingan umum, apakah ada pergeseran budaya bangsa Indonesia yang prososial dan peduli sesama menjadi budaya egoisme hanya karena faktor ekonomi pada supir angkutan kota.
B. Fenomena Yang Terjadi Di Masyarakat Saat Ini
Fenomena yang terjadi pada mayarakat saat ini adalah adanya sifat egoisme pada para supir angkutan perkotaan saat sedang dijalan mencari penumpang.
Sifat egoisme pada supir angkutan perkotaan tersebut telah melupakan nilai-nilai kebudayaan bangsa Indonesia yang peduli dengan sesama, dan sangat merugikan jika dilihat dari aspek sosial masyarakat karena hanya memikirkan diri sendiri.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Untuk mengetahui bagaimana sifat egoisme supir angkutan perkotaan (angkot).
2. Untuk mengetahui nilai – nilai apa saja yang ada pada para supir angkutan perkotaan yang memiliki sifat egoisme.
3. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi dan membentuk sifat egoisme pada supir angkutan perkotaan (angkot).
4. Untuk mengetahui bagaimana dampak lingkungan sosial terhadap pembentukan sifat egoisme pada supir angkutan perkotaan (angkot).
D. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah melalui pendekatan metode kualitatif. Artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan memo, dan dokumen resmi lainnya. Sehingga yang menjadi tujuan dari penelitian kualitatif ini adalah ingin menggambarkan realita empirik di balik fenomena secara mendalam, rinci dan tuntas. Oleh karena itu penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini adalah dengan mencocokkan antara realita empirik dengan teori yang berlaku dengan menggunakkan metode diskriptif.
E. Karakteristik Subjek
Karakteristik subjek pada penelitian ini adalah dua orang supir angkutan perkotaan (angkot) berjenis kelamin pria yang berinisial R.I dan A.N. R.I adalah supir angkutan perkotaan bersuku bangsa batak berumur 35 tahun Jurusan 46 (jatinegara - rawamangun) sudah menikah, besar di medan bekerja di jakarta. Subjek kedua adalah A.N supir angkutan perkotaan umur 24 tahun suku bangsa betawi Jurusan 905 (mangga 2-Kramat jati) tinggal di kramat jati belum menikah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Egoisme
Istilah egoisme (wikipedia) berasal dari bahasa yunani yakni “ego” yang berarti “diri atau “saya”, dan “-isme”, yang digunakan untuk menunjukkan filsafat dan sifat.
Egoisme adalah motivasi untuk mempertahankan dan meningkatkan pandangan yang hanya menguntungkan diri sendiri. Egoisme berarti menempatkan diri di tengah satu tujuan serta tidak peduli dengan penderitaan orang lain termasuk orang yang dicintainya atau yang dianggap sebagai teman dekat.
Rachels (2004) egoisme psikologis, adalah suatu teori yang menjelaskan bahwa semua tindakan manusia dimotivasi oleh kepentingan berkutat diri (self servis). Menurut teori ini, orang boleh saja yakin pada tindakan mereka yang bersifat luhur dan suka berkorban, namun semua tindakan yang terkesan luhur dan atau tindakan yang suka berkorban tersebut hanyalah sebuah ilusi. Pada kenyataannya, setiap orang hanya peduli pada dirinya sendiri. Menurut teori ini, tidak ada tindakan yang sesungguhnya bersifat altruisme, yaitu suatu tindakan yang peduli pada orang lain atau mengutamakan kepentingan orang lain dengan mengorbankan kepentingan dirinya.
B. Alasan yang mendukung teori egoisme:
Argumen bahwa altruisme adalah tindakan menghancurkan diri sendiri. Tindakan peduli terhadap orang lain merupakan gangguan ofensif bagi kepentingan sendiri. Cinta kasih kepada orang lain juga akan merendahkan martabat dan kehormatan orang tersebut.
Pandangan terhadap kepentingan diri adalah pandangan yang paling sesuai dengan moralitas akal sehat. Pada akhirnya semua tindakan dapat dijelaskan dari prinsip fundamental kepentingan diri.
C. Ciri-Ciri Pribadi yang Egois
1. Hanya dapat melihat dari sudut pandangnya; tidak dapat melihat dari sudut pandang orang lain, apalagi merasakan apa yang orang lain rasakan. Jadi, tidak mudah untuk berdiskusi dengannya karena ia akan berusaha keras agar kita menuruti pendapatnya
2. Hanya memikirkan kepentingan pribadinya; jadi, apa yang dikerjakannya selalu untuk kepentingan pribadi, bukan murni untuk kepentingan orang lain. Ia tidak mengenal makna pengorbanan dan ketulusan; semua hal diperhitungkan berdasarkan untung-ruginya.
D. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB EGOISME
Egois adalah pribadi yang selalu mementingkan diri sendiri dan melihat semua aspek dari sudut pandangnya, tanpa memikirkan pendapat dan perasaan orang lain, dan cenderung untuk selalu menuntut orang lain untuk mengikuti pendapatnya.
Faktor Penyebab :
1. Sikap egois tertanam dari faktor pendidikan keluarga, hal ini merupakan kelanjutan dari apa yang telah diterimanya selama ini. Semenjak kecil selalu diutamakan, tanpa pernah disalahkan (selalu dibenarkan).
2. Sikap egois yang tumbuh dikarenakan faktor emosional, financial dan fisik.
Ketiga faktor tersebut tumbuh seiring perjalanan pertumbuhan subjek (orang yang memiliki sifat egois). Emosional : Kurangnya bentuk perhatian dan kasih sayang. Finacial : Kekurangan dalam bentuk materi. Fisik : Kekurangan dalam bentuk jasmaniah.
3. Lingkungan.
Seseorang yang tinggal di lingkungan yang serba ada dan mudah atau apapun begitu mudah untuk didapatkan.
4. Kurangnya Pemahaman Agama.
kurangnya iman seseorang bisa membuat orang tersebut menjadi egois karena merasa dirinya adalah segalanya dan melebihi orang yang lain. Karena di agama orang akan diajarkan untuk merendah diri dan berbagi sesama.
5. Kurangnya pengetahuan psikologi.
seperti pengendalian diri dan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan self awareness.
B. Hasil Wawancara
Dari hasil wawancara yang telah dilakukan kepada supir angkutan perkotaan semuanya memiliki sifat egoisme yaitu sifat yang mementingkan pada diri sendiri dan tidak memikirkan kepentingan orang lain atau kepentingan umum.
Mereka melakukan tindakan egoisme karena faktor financial yaitu kurangnya ekonomi yang mereka miliki sehingga mereka menginginkan ekonominya tercukupi dengan mengabaikan kepentingan orang lain.
Hal lainnya yang menyebabkan mereka egois adalah adanya faktor lingkungan yaitu kedua subjek melakukan modeling pada apa yang dilakukan supir angkot lainnya yang memiliki sifat egoisme juga.
Para supir angkot tersebut menyadari dirinya mempunyai sifat egoisme dan menyadari pula apa saja dampak yang terjadi namun mereka tidak peduli dan hanya peduli pada pemuasan kepentingan diri sendiri untuk mendapatkan uang.
BAB IV
KESIMPULAN
Egoisme adalah motivasi untuk mempertahankan dan meningkatkan pandangan yang hanya menguntungkan diri sendiri. Sifat egoisme adalah sifat yang sangat jelas bertentangan dengan nilai luhur kebudayaan Indonesia yaitu nilai saling menghargai, tenggang rasa dan sifat rela berkorban.
Faktor – faktor penyebab egoisme adalah faktor pola asuh orangtua, faktor lingkungan sosial, faktor financial atau ekonomi, faktor emosional dan faktor kurangnya pemahaman agama.
Sifat egoisme yang terlihat sangat nyata dapat dilihat pada para supir angkutan perkotaan yang selalu ugal – ugalan dalam mencari dan menaik – turunkan para penumpangnya.
Dari hasil wawancara yang telah dilakukan penyebab para supir angkot tersebut memiliki sifat egoisme adalah Mereka melakukan tindakan egoisme karena faktor financial yaitu kurangnya ekonomi yang mereka miliki sehingga mereka menginginkan ekonominya tercukupi dengan mengabaikan kepentingan orang lain.
Hal lainnya yang menyebabkan mereka egois adalah adanya faktor lingkungan yaitu kedua subjek melakukan modeling pada apa yang dilakukan supir angkot lainnya yang memiliki sifat egoisme juga.
Para supir angkot tersebut menyadari dirinya mempunyai sifat egoisme dan menyadari pula apa saja dampak yang terjadi namun mereka tidak peduli dan hanya peduli pada pemuasan kepentingan diri sendiri untuk mendapatkan uang.
Dapat disimpulkan pula bahwa faktor ekonomi atau financial dapat merubah kebudayaan dan nilai lihur bangsa indonesia yang selalu peduli sesama.
DAFTAR PUSTAKA
lara fridani S.psi.m.psych 23 maret 2009 artikel mengatasi anak egois
rodin Daulat 15 desember 2001 artikel mencegah menjadi tak egois
Handout – psikologi sosial. Zainal Abidin. 2011
http://www.google.co.id/url?q=http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Amanita%2520Novi%2520Yushita,%2520S.E./TEORI%2520ETIKA.pdf&sa=U&ei=JcvDTtWEFcHYrQeFmbjeCw&ved=0CAwQFjAA&usg=AFQjCNHHJNkZJzv9pDYA4_lEbgEHDI_K_w (di akses pada senin 14 november 2011, pukul 19.21 wib).
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA
Disusun Oleh :
3 PA 03
NO NAMA MAHASISWA
1 Andreas Anthony
2 Ma’ruf Purwo Pujasera
3 Nezar Fahrezi
4 Rezi Dwi Saputra
5 Riefa Amanda PUTRI
6 Rizky Fajar
Subscribe to:
Posts (Atom)