Wednesday, December 28, 2011

Levels of Cognition - Harry Stack Sullivan

Levels of Cognition

Sullivan membagi kognisi menjadi tiga level atau model pengalaman: prototaxic, parataxic dan syntaxic. Level kognisi menunjukkan cara menerima, berimajinasi, dan mengarang. Pengalaman pada level protaxic tidak bisa dikomunikasikan. Pengalaman partaxic adalah personal, pralogikal, dan dikomunikasikan hanya dalam bentuk yang terdistorsi; dan kognisi syntaxic adalah komunikasi interpersonal yang berarti.

a) Prototaxic Level

Pengalaman yang paling awal dan primitif seorang bayi terjadi pada level protaxic. Karena pengalaman ini tidak bisa dikomunikasikan dengan orang lain, pengalaman ini sulit dijelaskan atau didefinisikan. Satu cara untuk mengerti isitilah ini adalah dengan membayangkan pengalaman subjektif dari seorang bayi yang baru lahir. Pengalaman ini harus, dengan suatu cara, berhubungan dengan beberapa zona yang berbeda pada tubuh. Seorang bayi yang baru lahir merasa lapar dan sakit, dan pengalaman prototaxic ini menghasilkan tindakan yang bisa dilihat, contohnya, menkemot dan menangis. Bayi tidak tahu alasan untuk tindakan ini dan tidak melihat hubungan tindakan ini dengan diberi makan. Sebagai pengalaman yang tidak terdeferensiasi, kejadian prototaxic melampaui daya ingat sadar.

Pada orang dewasa, pengalaman prototaxic mengambil bentuk dalam sensasi sementara, gambar-gambar, perasaan, mood, dan impression. Gambaran mimpi primitif ini dan kehidupan sadar secara redup dimengerti atau secara penuh tidak sadar. Walau orang tidak mampu mengkomunikasikan gambaran ini pada orang lain, mereka kadang bisa memberi tahu orang lain bahwa mereka baru saja mendapat sensasi yang aneh, yang tidak bisa mereka sampaikan dalam bentuk kata-kata.

b) Parataxic Level

Pengalaman parataxic adalah pralogis dan biasanya terjadi ketika seseorang menganggap hubungan relasi sebab-akibat antara dua kejadian yang terjadi secara bersamaan. Kognisi parataxic lebih terdifferensiasikan daripada pengalaman prototaxic, tapi artinya tetap privat. Maka dari itu, pengalaman ini hanya bisa dikomunikasikan dengan orang lain dalam bentuk yang terdistorsi.

Contoh pemikiran parataxic terjadi ketika seorang anak dikondisikan untuk mengatakan "please" ketika menerima permen. Kalau "permen" dan "please" terjadi bersama berkali-kali, si anak mungkin mencapai kesimpulan tidak logis bahwa ucapannya membuat permen muncul. Kesimpulan ini adalah parataxic distortion, atau sebuah kepercayaan tidak logis bahwa hubungan sebab-akibat terjadi antara dua kejadian dalam kedekatan waktu yang dekat. Tapi, mengatakan kata "please" tidak , dengan sendirinya, menyebabkan permen muncul. Seseorang yang mengeluarkan permen harus hadir yang mendengar kata itu dan mampu dan bisa memenuhi permintaan tersebut. Ketika tidak seorangpun muncul, seorang anak bisa meminta tuhan atau orang imajiner untuk memberikan permen. Perilaku dewasa yang baik datang dari pemikiran parataxic yang mirip.


c) Syntaxic Level

Pengalaman yang secara konsensus divalidasikan dan bisa dikomunikasikan terjadi pada level sintaktik. Pengalaman yang divalidasi secara konsensual adalah yang memiliki arti yang disetujui oleh dua orang atau lebih. Kata-kata, contohnya, secara konsensual divalidasi karena orang yang berbeda kurang lebih setuju dengan artinya. Simbol yang paling sering digunakan oleh seseorang untuk berkomunikasi dengan orang lain adalah yang berbentuk bahasa, termasuk kata-kata dan bahasa tubuh.

Sullivan menghipotesiskan bahwa kognisi syntaxic muncul ketika suara atau gesture mulai memiliki arti yang sama untuk orang tua seperti untuk anak. Level kognisi syntaxic menjadi lebih meluas sementara anak mulai membentuk bahasa formal, tapi tidak pernah secara penuh mengganti kognisi prototaxic dan parataxic. Pengalaman dewasa mengambil di ketiga level itu.

Tahapan Perkembangan Menurut Sullivan

Menurut Sullivan, kepribadian berkembang dalam tahap-tahap perkembangan tertentu. Ada tujuh tahapan perkembangan yaitu :

1. Infancy (masa kelahiran sampai mampu berbicara, usia 18 bulan)

2. Childhood (masa kanak-kanak, usia 18 bulan sampai 5 tahun)

3. Juvenile (usia 5-11 tahun)

4. Preadolescence (masa pradewasa, antara 11-13 tahun)

5. Early adolescence (masa dewasa awal, antara 14-17 tahun)

6. Late adolescence (masa dewasa akhir, antara 18-20 akhir)

7. Adulthood (masa dewasa / sebagai orang tua, setelah usia 20 sampai 30 tahun).



Daftar Pustaka

Mavis hetherington, E. Ross D. Parke. 1991. Child Psychology A cotemporary View Point. Boston : Mcgraw – Hill College.

Soemadi, S. Pengantar Psikologi Sosial 1. Jajasan Penerbit Fak. Psikologi, Yogyakarta, 1968.

www.wikipedia.com/sullivan . di akses pada : 26 November 2010.

www.edpsycinteractive.org/topics/intimacy/sullian.html . di akses pada : 26 November 2010.

No comments:

Post a Comment